Wakaf Utsman Bin Affan Untuk Umat Muslim
Salah satu kisah sahabat nabi yang ikonik yaitu kisah wakaf sumur Utsman bin Affan yang mana kisahnya penuh hikmah dan suri tauladan mengenai pentingnya wakaf untuk kepentingan dan kesejahteraan umat.
Setelah Nabi Muhammad saw hijrah dari Makkah ke Madinah. Kemudian para sahabatnya, secara bertahap, juga hijrah mengikuti beliau ke Madinah. Mereka hijrah meninggalkan kota kelahiran tanpa membawa apa-apa.
Mereka kemudian dikenal dengan sebutan sahabat Muhajirin. Kedatangan mereka di Madinah disambut sahabat Anshar (penduduk Madinah yang beragama Islam) dengan senang hati, ramah, dan penuh ketulusan. Mereka tiada beda dan sudah dianggap sebagai saudara sendiri.
baca juga : Kisah Sholah Athiyah yang jadikan Allah Swt mitra bisnisnya
Kaum Muhajirin selagi di Madinah menghadapi persoalan kesulitan memperoleh air bersih. Apalagi sewaktu di Makkah sudah biasa minum air Zamzam.
Kaum Anshar juga merasakan karena air bagi manusia termasuk kebutuhan pokok. Sebenarnya, di Madinah banyak air.
Hanya yang memiliki sumur dengan air yang melimpah di kota ini adalah orang Yahudi. Setelah mendengar ada laporan tentang itu, Nabi saw lalu menemui orang itu. Beliau menyatakan ingin memiliki sumur itu dengan menggantinya dengan kebun yang luas. Namun, pemilik sumur menolak. Kecuali kalau sumurnya dibeli.
baca juga : Masjid Sabilillah Pademangan Jakarta Utara Bersama Primago Peduli Gelar Pawai Syukuran Khitanan Massal
Saat itu, Utsman bin Affan merupakan sahabat Nabi yang tergerak hatinya untuk membebaskan sumur Raumah itu. Utsman pun langsung bergegas mendatangi kediaman seorang Yahudi pemiliki sumur tersebut, Utsman menawar untuk membelinya dengan harga yang tinggi.
Meski ditawar dengan harga yang tinggi, sang pemilik sumur enggan untuk menjualnya kepada Utsman, sang pemilik menolak tawaran Utsman.
“Seandainya sumur ini saya jual kepadamu wahai Utsman, maka aku tidak memiliki penghasilan yang bisa aku peroleh setiap hari,” ungkap sang pemilik mengenai alasan penolakannya.
Utsman bin Affan yang sangat menginginkan balasan pahala berupa surga tidak kehabisan cara untuk mengatasi penolakan seorang Yahudi tersebut. Ia terus mencari cara agar dapat membebaskan sumur tersebut untuk kepentingan umat islam.
Selanjutnya Utsman bin Affan menawar untuk membeli setengah dari sumur tersebut.
“Bagaimana kalau aku beli setengah saja dari sumurmu,” ucap Utsman yang tak kehabisan cara untuk menawar.
“Maksudmu?” Tanya seorang Yahudi pemiliki sumur keheranan.
“Begini, jika engkau setuju maka kita akan memiliki sumur tersebut secara bergantian. Satu hari ini milikku, esoknya kembali menjadi milikmu. Kemudian lusa menjadi milikku lagi dengan demikian berganti-gantian. Bagaimana?” Jelas Utsman mengenai tawarannya.
Mendengar penjelasan Utsman, Yahudi itupun bengong dan terheran-heran dengan tawaran yang diberikan Utsman. Ia bergumam, “…. saya mendapatkan uang yang besar dari Utsman bin Affan tanpa harus kehilangan sumurku.”
Cara pengambilan air sumur lalu diatur. Antara pemilik sumur dan Utsman mengambil airnya bergantian dua hari sekali.
Ternyata banyak orang yang hanya mau minum air sumur pada jatah giliran Utsman. Tapi, mereka tidak datang pada saat jatah giliran pemilik sumur. Hal ini berakibat ia merasa merugi.
Lalu ia memutuskan menjual separuh sumur miliknya dan dibelinya lagi oleh Utsman sebanyak 20 ribu dirham. Wakaf sumur Utsman bin Affan tidak mandeg, tapi terus berkembang.
Banyak manfaat dari wakaf sumur Utsman bin Affan Ra
Bermula dari sumur, terus melebar menjadi kebun sangat luas. Di masa Daulah Turki Usmani kebun wakaf Usman itu dirawat dengan baik.
Setelah Kerajaan Arab Saudi berdiri, perawatan kebun tersebut berjalan semakin baik. Di kebun itu tumbuh sekitar 1.550 pohon kurma.
Kementerian Pertanian ditunjuk oleh Kerajaan Arab Saudi untuk mengelola hasil kebun tersebut. Uang yang didapat dari panen kurma dibagi dua.
Setengah dari hasil panen itu untuk anak-anak yatim dan fakir miskin. Sedang yang setengah lainnya lagi disimpan di sebuah bank dengan rekening atas nama Utsman bin Affan.
Rekening itu dipegang oleh Kementerian Wakaf. Tentu uang yang tersimpan di bank terus bertambah dari waktu ke waktu. Sampai dapat digunakan untuk membeli sebidang tanah di kawasan Markaziyah (area eksklusif) dekat Masjid Nabawi di Madinah.
Di atas tanah itu telah dibangun hotel Usman bin Affan dari uang rekeningnya. Hotel ini berada di samping Masjid bernama Utsman bin Affan pula.
Kini hotel Utsman bin Affan menjadi hotel bintang lima. Dibangun dengan tabungan Utsman bin Affan yang telah berusia lebih dari seribu tahun.
Sudah dilengkapi dua restoran besar dan enam unit perbelanjaan. Hotel dioperasionalkan oleh Sheraton, salah satu hotel bertaraf internasional.
Uang dari hasil pendapatan, setelah dibagi dengan pengelola akan dibagikan kepada kaum miskin dan masuk ke rekening Utsman bin Affan. Demikianlah selintas tentang wakaf Utsman bin Affan yang terus berkembang hingga sekarang. Tulisan ini bahannya penulis dapatkan dari www.almuttahed.com.
Berbahagialah Utsman bin Affan, salah seorang sahabat Nabi Muhammad saw dan termasuk Khulafa Ar-Rasyidin pada zamannya, dengan amal jariyahnya yang terus mengalir pahala baginya. Ini merupakan keteladanan yang baik untuk kita.