Seni Mendidik Anak dengan Kasih Sayang: Panduan Praktis dari Al Ustadz Ahmad Ghozali,S.Pd.i
Sabtu pagi yang cerah menjadi saksi bagi sebuah kajian yang mendalam, “Isi Kajian Sabtu Pagi Subuh Menggapai Keberkahan (KSP SMK)” oleh Ustadz Ahmad Ghozali, S.Pd.i menggugah hati para orang tua untuk mengubah pendekatan dalam mendidik anak-anak mereka. Kajian dimulai dengan merenungkan firman Allah yang menegaskan, “Sesungguhnya apabila kita benar-benar bersyukur, maka hati akan merasa tenang, bahagia, dan Allah akan tambah nikmatNya.”
Kemudian, Ustadz Ghozali menyampaikan pesan penting mengenai sikap “tega” dalam mendidik anak. Tega di sini tidak bermakna keras hati, melainkan keberanian untuk mengarahkan anak menuju kebaikan. Konsep tega diimplementasikan dalam T.I.T.I.P, sebuah metode di Pesnatren Leadership Primago.
Tidak tega dalam mendidik, kata beliau, dapat menumbuhkan perilaku tidak disiplin dan kurang tanggung jawab pada anak. Motivasi datang dari kata bijak, “Lebih baik menangis hari ini karena mendidik anak dengan benar daripada menangis nanti karena anak tidak paham agama.”
Ingin berpartisipasi dalam Gerakan Bangun Pesantren ? Klik ini sekarang juga
Hadits menyebutkan bahwa mendidik dua anak perempuan dengan baik akan mendekatkan seseorang dengan Rasulullah SAW. QS Al Ambiya: 165 menegaskan bahwa bumi ini dipusakai oleh hamba-hamba yang sholeh. Dua landasan ini, Al Quran dan hadits, menjadi semangat bagi orang tua dalam mendidik anak.
Untuk meraih semua hal di atas, menjadi orang tua penyayang dengan sikap tega dan tegas menjadi kunci. Ustadz Ghozali mengingatkan, “Ketika menghadapi kekurangan atau kesalahan anak, ucapkan kalimat bijak, ‘Saya salah, ampuni saya, ya Allah, dan saya siap belajar.'”
Anak, menurut beliau, adalah misteri dan anugerah. Oleh karena itu, menjadi orang tua penyayang yang peka untuk melihat keajaiban anak melalui pembelajaran yang benar adalah suatu keharusan.
Ilmu parenting, sambung beliau, harus dilihat dari perspektif Al Quran, Hadits, dan latar belakang guru parenting yang baik. Ayah lebih banyak disebut dalam Al Quran sebagai sosok yang memiliki peran besar dalam mengasuh anak. Memberi apresiasi kepada anak atas segala upaya yang telah dilakukan dapat membentuk jiwa yang sehat dan baik pada diri anak. Poin nasehat harus tepat agar menjadi titik balik anak untuk mau berubah ketika melakukan kesalahan.
Ada empat pola asuh anak: permisif, otoritatif, otoriter, dan abai. Orang tua perlu memahami dan memilih pola asuh yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Ustadz Ghozali menyimpulkan kajiannya dengan harapan bahwa momen liburan akan menjadikan pribadi kita lebih baik. Aamiin. InsyaAllah. Keseluruhan kajian ini menjadi cambuk bagi orang tua untuk terus meningkatkan kualitas mendidik anak, membimbing mereka menuju keberkahan dan kebaikan yang hakiki.