Menggapai Keberkahan Melalui Kajian Sabtu Pagi: Memaksimalkan Kekuatan Karakter Fitrah
Sabtu pagi yang penuh berkah dimulai dengan dzikir dan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW dan Allah Swt sebagai ungkapan rasa terima kasih atas nikmat yang kita nikmati. Kajian kali ini dipandu oleh Ust. Ahmad Ghozali, S.Pd.I, yang membuka pembicaraan dengan pentingnya bersyukur dan senang berterima kasih.
Dalam kajian ini, Ust. Ahmad Ghozali mengajarkan bahwa manusia secara alamiah suka meminta, namun kita perlu belajar bagaimana menjadi lebih baik dalam berterima kasih. Mendisiplinkan anak-anak dalam penggunaan handphone juga menjadi sorotan, diingatkan agar anak-anak tidak dibiarkan memegang handphone tanpa pengawasan.
Rajab, sebagai salah satu dari empat bulan mulia, menjadi pembahasan berikutnya. Kajian ini merinci tentang pentingnya mensyukuri apa yang kita miliki saat ini dan mengajarkan ibadah bersedekah serta insentif untuk berinfaq setiap hari.
Ust. Ahmad Ghozali menggarisbawahi bahwa kesyukuran tanpa keluhan akan menambah nikmat yang kita terima. Ia juga menekankan pentingnya meminta bantuan saat membutuhkan, meminta maaf ketika berbuat salah, dan mengucapkan terima kasih ketika dibantu.
Kajian ini membahas karakter fitrah manusia, khususnya anak-anak. Orang tua memiliki peran penting dalam mendesain dan mencetak karakter anak agar sesuai dengan tugas fitrahnya. Ketika kita memahami karakter fitrah, kita dapat mengarahkan anak menuju kesuksesan sesuai dengan karakternya.
Ust. Ahmad Ghozali mengingatkan bahwa perjuangan seseorang yang sesuai dengan karakter fitrahnya akan lebih ringan. Kunci untuk menjadi ahli adalah konsistensi dan melebihi 10.000 jam dalam keahlian tertentu.
Pentingnya mengetahui karakter fitrah anak juga dibahas dalam kaitannya dengan pilihan jodoh, cita-cita, dan usaha. Dalam hadits Nabi, disebutkan bahwa setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah dengan tugas yang telah ditentukan.
Profesi apapun membutuhkan penguasaan bahasa. Contoh dari seorang santri yang memiliki karakter fitrah otak kiri namun bercita-cita menjadi seorang chef memberikan pemahaman bahwa setiap karakter dapat diarahkan sesuai dengan keahliannya.
Dalam QS Al Isra ayat 84 disebutkan bahwa setiap orang berbuat sesuai dengan keadaannya masing-masing. Kajian menyoroti bahwa memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan adalah kunci kehidupan yang benar. Akhirnya, kajian ini mengingatkan kita bahwa pedoman hidup telah diberikan oleh Allah Swt, tinggal pada kita untuk menjalankannya atau tidak. Kesimpulannya, memahami karakter fitrah dan mengamalkan ajaran Islam akan membawa kita menuju kebahagiaan yang sejati.